Dogma Anak Masjid Desa

 

Ruang Kuliah (5/2/2023) - Masjid di sebuah desa yang ku sambangi dikelilingi anak yang ingin mengaji, tiada rasa sedih tiada yang membawa handphone jerih tawa riang gembira. Menikmati waktu tanpa dogma dan amarah dari orang yang lebih tua.


Riuh suara ribut makin mengeras kudengar kala ku sampai hingga akhir rakaat shalat. Tiada terdengar suara amarah suara teguran dan suara ancaman. 


Anehnya dirikupun terbawa tak ada rasa amarah, tak ada rasa kecewa yang ada rasa Keikut sertaan bahagia menghadap sang pencipta.


Apakah selama ini dogma yang diterapkan di sudut sudut kota memarahi dan menindas anak yang berada di masjid telah membuat mental penerus bangsa kian menciut dan memuput.


Entahlah aku sebagai tenaga pengajar sendiri pun merasakan betapa berbedanya kualitas mental mereka, antara anak desa dan anak kota.


Mereka tak takut untuk salah dan tak takut untuk gagal, karena tak ada yang menyalahkan mereka. Berbeda halnya dengan kehidupan di kota, yang harus di tuntut untuk sempurna terkadang yang menuntut pun masi yg banyak kurangnya.



Maafkan diriku wahai para penerus bangsa sekiranya dogma yang ku ajar kan membuat kalian malah mencit dan memuput.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama