Perjuangan Ki Hajar Dewantara
KYT [Musik] Hai perjuangan melawan penjajah tidak melulu dengan senjata itulah yang dicontohkan oleh Ki Hajar Dewantara, pahlawan yang dikenal sebagai bapak pendidikan Indonesia. Hai dihajar Dewantara lahir pada tanggal 26 1889 dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia dibesarkan dalam lingkungan Keraton Paku Alam di Yogyakarta.
Awal Perjalanan Suwardi Kecil
Suwardi kecil sempat bersekolah di stovia atau sekolah dokter di Batavia. Namun, karena kondisinya sakit-sakitan, ia tidak menamatkan pendidikannya. Hai Suwardi muda kemudian bekerja sebagai jurnalis di beberapa surat kabar seperti Oetoesan Hindia dan Kaum Muda. Selain menulis, ia juga aktif berorganisasi pada tahun 1912 bersama Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo mendirikan partai politik pertama di Hindia Belanda yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia.
Eksil dan Dedikasi di Belanda
Kritiknya terhadap pemerintah kolonial dalam tulisan berjudul "Seandainya Aku Seorang Belanda" membuat Suwardi diasingkan ke Belanda pada 1913. Di sana, bersama Cipto Mangunkusumo dan Douwes Dekker, yang saat itu membela keduanya, Suwardi memanfaatkan masa pengasingan untuk mendalami dunia pendidikan dan pengajaran. Selama itu, jiwa patriotisme dan cita-citanya memajukan bangsa Indonesia melalui pendidikan mulai terasa dan berkembang.
Tamansiswa, Wujud Perjuangan
Ia kembali ke tanah air pada 1919, dan tiga tahun berselang tepatnya pada 3 Juli 1922, Suwardi mendirikan lembaga pendidikan Tamansiswa di Yogyakarta. Di sekolah ini, tujuannya adalah memberikan kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi para rakyat Indonesia seperti yang dimiliki para priyayi atau orang-orang Belanda. Ia pun melepas nama kebangsawanannya dan menggunakan nama Ki Hajar Dewantara agar perjuangannya lebih mudah diterima masyarakat.
Kontribusi Setelah Kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka pada 1945, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan pengajaran dan kebudayaan yang pertama di Indonesia. Hai Jejer Dewantara wafat pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta, dan pada tanggal 16 Desember 1959, hari kelahirannya ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional. Ki Hajar Dewantara juga menciptakan tiga buah semboyan yang sampai saat ini masih digunakan di dunia pendidikan. Ketiga semboyan itu adalah "ingarso Sung tulodo ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani," yang berarti di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.
Warisan Pendidikan Indonesia
Ketiga semboyan peninggalan Ki Hajar Dewantara itu kemudian menjadi semboyan dalam pendidikan di Indonesia. Bahkan, bagian dari semboyan ciptaannya, yaitu "Wuri Handayani," menjadi bagian dari logo Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
penulis:ilham