Ketika Wanita(Paling) Shalihah Berkeluh Kesah

 

Halo Sobat Literatur - Dalam beragama Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa depresi atau stres tingkat tinggi disebabkan oleh kurangnya iman, ibadah, atau ngaji yang dianggap sebagai faktor utama yang menyebabkan depresi yang sobat alami, dan mungkin sobat literatur lebih paham dengan kondisi depresi sobat sendiri.

Saya tidak punya cukup ilmu untuk menilai bahwa penyebab stress adalah kurangnya iman. Tapi saya ingin berbagi sesuatu yang saya dapat, setelah merenungkan kisah seorang perempuan penghuni surga.
 
Sekali lagi sobat, memahami wanita adalah hal yang sangat sulit dilakukan, bukan hanya dari segi perasaan tapi dari segi perlakuan juga :}
 
Back to topik

Sebelumnya sobat literatur sudah pernah dengar Perempuan terbaik dan paling shalihah di zamannya belum?, Perempuan itu adalah Maryam binti Imran. Ibunda dari Nabi Isa Alaihissalam.
 
Al-Quran mencatat pernyataan yang dikeluarkan oleh Maryam saat dia akan melahirkan Isa alaihissalam yang menunjukkan tingkat beban mental yang sangat tinggi. 

Menurut saya, ada pernyataan yang dianggap sangat tabu untuk diucapkan, terutama oleh seorang perempuan yang diakui sebagai pemimpin perempuan surga. Seseorang yang tidak empatis mungkin akan memberikan respons yang sama dengan pernyataan yang saya jelaskan di awal. 

Allah mencatat pernyataan curhat yang dikeluarkan oleh Maryam dalam Al Quran. Pernyataan tersebut hanya dikatakan oleh Maryam saat dia sendirian, bukan di depan komunitasnya apalagi di media sosial. Pernyataan ini ditemukan dalam surat Maryam ayat 22-23.

“Dan kisahkanlah di dalam Kitab (Al-Qur’an) tentang Maryam, ketika ia menjauhkan diri dari keluarganya ke suatu tempat di sebelah timur. Rasa sakit hendak melahirkan membawanya pada pohon kurma, ia berkata: “Oh, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tak berarti dan dilupakan.”

Saya dapat membayangkan betapa menyedihkannya hati Maryam, seorang gadis yang selalu beribadah di Baitul Maqdis baik siang atau malam. Namun, semua orang hanya mengenalnya sebagai seorang perempuan yang shalihah tanpa mengetahui perjuangan yang ia alami.

Sudah pasti dunia akan mengejek dan menuduh Maryam ketika tiba-tiba ia hamil tanpa suami. Maryam pasti tahu bahwa tidak akan ada yang akan percaya kisahnya. Hanya Zakaria dan istrinya yang akan yakin akan kebenaran dari cerita Maryam.

Meskipun Maryam sangat tegar dan memiliki iman yang kuat, ia tetap merasa sakit hati mendengar omongan negatif dari orang lain.

Maryam adalah seorang perempuan yang sangat shalihah pada zamannya. Ia selalu berzikir, memiliki ilmu agama yang baik dan imannya yang kuat. Ibadahnya pun tidak perlu diragukan lagi.

Kejadian Maryam yang merasa sakit hati dan keluh kesah hingga mengharapkan kematian karena omongan negatif orang lain menunjukkan bahwa sebetapa manusia, meskipun shalihah sekalipun, masih dapat dipengaruhi oleh tuduhan, nyinyiran, dan penghakiman.

Efek dari kalimat negatif tersebut terlihat sangat besar pada batin Maryam yang dianggap sebagai pilihan Tuhan.

Maryam yang dianggap sebagai pilihan Tuhan masih dapat merasakan sakit hati dan pilu dengan pandangan orang lain, bahkan sampai berpikir untuk mati saja daripada harus menghadapi dunia yang tidak berpihak padanya.

Saat membaca kisah Maryam, saya menyadari bahwa ia hanyalah manusia biasa meskipun diakui sebagai perempuan shalihah.

Allah menciptakan manusia dengan fitrah rasa dan emosi dalam jiwa mereka. Keberadaan iman tidak meniadakan gejolak emosi, tapi justru mengarahkan untuk mengelola rasa dalam taat pada Allah. Namun, ini tidak berarti menghilangkan semua emosi. Inilah perbedaan antara manusia dan malaikat.

Memerlukan waktu dan proses untuk mengelola emosi dan rasa dalam jiwa.
 
Setelah membaca kisah Maryam, saya tidak ingin menyimpulkan bahwa orang yang mengalami depresi kurang iman. Justru, mungkin episode depresi yang mereka alami adalah cara Allah menaikkan mereka ke derajat yang lebih tinggi melalui jihad mengelola hati mereka.


Mungkin saja, rasa sakit hati yang mereka rasakan adalah jalan menuju surga karena gugurnya dosa dan pahala atas lelah jiwa. Sementara saya yang ujiannya mungkin lebih mudah, mungkin sedang berada.
 
Kembali ke kisah Maryam. Setelah curhatan duka tersebut, Allah pun langsung meresponnya. Ternyata bukan dengan menghardik Maryam karena ia mengeluh berandai mati saja. Allah tidak bilang, “Eh Maryam, gak boleh ngomong gitu! Mana iman kamu?!”.

Tidak.

Namun, Allah Maha tahu, dan Dia pasti memiliki rencana yang baik untuk setiap manusia yang diciptakan-Nya, termasuk ketika mereka sedang berada di titik terendah dalam hidup mereka dan kalut dengan emosi yang mengaduk jiwa.

Allah Maha tahu apa yang dibutuhkan oleh setiap individu, termasuk Maryam saat itu. Ia mungkin tidak membutuhkan omelan atau nasihat, tapi dukungan dan ketenangan dari orang-orang di sekitarnya. Allah Maha Mengetahui kebutuhan kita, dan Dia pasti memberikan yang terbaik untuk kita.

Surat Maryam ayat selanjutnya, 24-26.
“Kemudian Jibril menyerunya dari tempat yang rendah, “Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyang-goyangkanlah pelepah pohon kurma itu ke arahmu niscaya akan gugur buah-buah kurma yang telah masak itu kepadamu. Maka makanlah dan minumlah, dan senangkanlah hatimu. Jika kamu melihat seseorang, maka katakanlah, “Sesungguhnya aku telah bernazar kepada Yang Maha Pengasih untuk berpuasa, maka aku takkan berbicara kepada seseorang pun pada hari ini.”

Benar, dalam Al-Quran diceritakan bahwa Allah mengutus malaikat Jibril untuk memandu Maryam dan memberikan dukungan serta ketenangan dalam menghadapi situasi yang dihadapinya. Malaikat Jibril dikisahkan memberikan perintah kepada Maryam untuk menggoyang pelepah pohon kurma untuk menjatuhkan kurma matang, sebagai bentuk dari Allah untuk membuat Maryam percaya pada kekuatannya dan dukungan yang diterimanya. Ini merupakan salah satu contoh dari bagaimana Allah memberikan dukungan dan ketenangan kepada hamba-hamba-Nya dalam kondisi apapun.

Dalam Al-Quran diceritakan bahwa Allah memberikan perintah kepada Maryam untuk makan dan minum, serta menyenangkan hati. Ini merupakan solusi yang sangat manusiawi dan sesuai dengan fitrah manusia yang diciptakan oleh Allah. Itu memperlihatkan bahwa Allah selalu mengerti dan mengetahui kebutuhan dan kondisi manusia serta selalu memberikan solusi yang tepat dan paling baik untuk mereka.
 
Dalam Al-Quran diceritakan bahwa setelah diberikan perintah untuk makan dan minum, barulah Allah memberikan perintah kepada Maryam untuk menyenangkan hatinya. Ini menunjukkan bahwa Allah selalu memberikan perhatian yang baik pada kebutuhan pokok manusia sebelum memperhatikan kebutuhan-kebutuhan lainnya, seperti menyenangkan hati. Hal ini sangat manusiawi dan sesuai dengan fitrah manusia yang diciptakan oleh Allah. Dengan ini, Allah membantu Maryam untuk meredam emosi yang dialaminya dengan cara yang baik dan tepat.

 Masya Allah.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama