.
Sejarah Republik Romawi: Dari Monarki, Republik, hingga Kekaisaran
Pada kolaborasi kali ini, Inspect History bekerja sama dengan @Sejarah_Romawi untuk menjelaskan sejarah dari zaman Romawi. Konten-konten ini ditulis oleh teman kita bernama Frank, lulusan Hubungan Internasional dari Universitas Jenderal Soedirman. Dalam episode ini, kita akan membahas mengenai "Republik" dan asal-usul Republik Romawi.Pengertian Republik dalam Konteks Modern
Republik, sebagai sistem pemerintahan, bukanlah inovasi baru. Sebaliknya, memiliki sejarah yang sangat panjang. Meskipun demikian, sepanjang sejarah, sistem pemerintahan yang umumnya digunakan lebih cenderung berupa kekaisaran, dengan seorang pemimpin berkuasa. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sepanjang sejarah lebih sering kita temui nama raja atau ratu yang sangat berpengaruh daripada presiden dari negara republik.Asal Mula Istilah "Republik"
Istilah "Republik" digunakan oleh penulis dan negarawan Romawi untuk merujuk pada negara mereka sendiri. Istilah ini berasal dari bahasa Latin kuno, yaitu gabungan dari dua kata dasar, yaitu "Res" dan "Publica". "Res" berarti objek, barang, atau kepemilikan, sementara "Publica" merupakan bentuk feminin dari "Publicus" yang berarti publik, masyarakat, atau warga negara. Jadi, "Res Publica" dapat diterjemahkan sebagai "Kepentingan Publik" atau bisa juga dimaknai sebagai "Isu Publik."Revolution of 509 BC: Terbentuknya Republik Romawi
Untuk memahami asal-usul Republik Romawi, kita perlu kembali ke tahun 509 SM, ketika raja Romawi terakhir diusir dari kota Roma. Setelah pengusiran ini, bangsa Romawi bersumpah bahwa mereka tidak akan pernah dipimpin oleh seorang raja lagi. Inilah awal terbentuknya apa yang dikenal masyarakat modern sebagai Republik Romawi. Pada awalnya, kota Roma diperintah oleh seorang raja yang memiliki kekuasaan mutlak, namun konflik di antara kelompok aristokrat Romawi menyebabkan pengusiran terakhir raja.Struktur Pemerintahan Republik Romawi
Setelah terbentuknya Republik, bangsa Romawi membentuk berbagai lembaga baru yang dapat secara luas dikelompokkan menjadi tiga institusi utama, yaitu "Senat," "Pejabat Terpilih," dan "Dewan Majelis." Pejabat terpilih memiliki kapasitas untuk menjalankan pemerintahan negara, Majelis memiliki kapasitas untuk memilih pejabat dan mengesahkan legislasi, sementara Senat bertindak sebagai pengawas jalannya pemerintahan.Peran Senat dalam Stabilitas Pemerintahan
Senat Romawi sendiri merupakan badan negara yang memiliki otoritas untuk mengawasi kebijakan dalam negeri dan membentuk kebijakan militer dan luar negeri. Senat terdiri dari 300-500 orang negarawan yang memiliki kekayaan sesuai dengan ambang batas yang ditentukan. Namun, seiring berjalannya waktu, institusi ini didominasi oleh kelas elit bangsawan yang disebut "Patrician," sementara kelas non-aristokrat disebut "Plebeian." Ketidakpuasan Plebeian terhadap dominasi Patrician memicu peristiwa yang dikenal sebagai "Secessio Plebis" atau pemisahan Plebeian.Republik Romawi: Stabilitas dan Krisis
Sistem kompleks ini mampu menciptakan stabilitas dalam negeri untuk beberapa waktu. Setiap posisi memiliki mekanisme "cek & keseimbangan" sendiri, tetapi Senat, yang bertindak sebagai lembaga oligarki Romawi, tetap mengawasi posisi kelas elit di Roma. Stabilitas ini bertahan hingga abad ke-3 SM, ketika pecah perang antara republik Romawi dengan orang Fenisia dari kota Kartago, yang dikenal sebagai Perang Punisia.Dari Republik ke Kekaisaran: Kondisi Sosial dan Perang Saudara
Meskipun Republik Romawi berhasil memenangkan perang, dominasi mereka membawa masalah internal. Ketidaksetaraan sosial yang tinggi, persaingan politik yang sengit, dan ambisi politisi menyebabkan Republik Romawi jatuh ke dalam periode perang saudara. Pertama, antara Gaius Marius dan Sulla, kemudian antara Julius Caesar dan Pompey Magnus, dan yang terakhir antara Octavian dan Mark Anthony. Kemenangan Octavian atas Mark Anthony dan penobatannya sebagai Augustus menandai awal era baru bagi Romawi: era Kekaisaran Romawi.Kekaisaran Romawi: Pergeseran Kekuasaan dan Pemeliharaan Tradisi Republik
Meskipun de facto Republik Romawi tidak lagi ada, Augustus menciptakan sistem pemerintahan yang unik dengan mencampur kekuasaan otoriter dengan tradisi republikan yang dijaga. Meskipun Augustus tidak pernah menggunakan gelar "Kaisar," ia lebih suka disebut sebagai "Princeps Civitatis" atau "Warga Pertama." Meskipun demikian, Augustus tetap mempertahankan istilah "Res Publica" untuk merujuk pada negaranya, bahkan setelah krisis besar pada abad ke-3 Masehi.Transisi ke Kekaisaran Absolut: Diocletian dan Akhir Kekaisaran Romawi Barat
Pada abad ke-3 Masehi, krisis besar melanda Romawi, dan Kaisar Diocletian mengubah sistem "Principate" Augustus menjadi "Dominate." Gelar "Princeps" digantikan oleh "Dominus," dan tidak lagi "Warga Pertama" tetapi "Yang Mulia." Setelah jatuhnya Romawi Barat pada tahun 476 Masehi, sistem pemerintahan yang dominan adalah monarki, dan monarki bersama dinastinya menjadi penguasa berdaulat di masyarakat feodal.Awal Abad Pertengahan dan Kepemimpinan Bizantium
Meskipun kejatuhan Romawi Barat, eksistensi Romawi tetap dilanjutkan oleh Kekaisaran Romawi Timur atau yang sering disebut sebagai Kekaisaran Bizantium. Kekaisaran ini tetap eksis selama Abad Pertengahan awal dan menjadi kekuatan besar bagi pemerintahan republik di beberapa negara seperti Republik Venesia.Kebangkitan Republik: Abad Pertengahan Akhir dan Renaissance
Kepentingan besar terhadap bentuk pemerintahan republik muncul kembali pada "Akhir Abad Pertengahan" dan "Zaman Renaissance." Karya-karya Latin kuno seperti karya Plutarkhos dan Cicero dihidupkan kembali. Kota-kota di Italia seperti Genoa memilih bentuk republik, begitu pula "Merchantile Republic" seperti "Hanseatic League" dan "Republik Belanda."Revolusi dan Kembalinya Republik: Abad ke-17 dan ke-18
Berbagai revolusi terjadi di abad ke-17 dan ke-18 yang dipicu oleh keinginan besar untuk membuat negara mereka menjadi negara republik. Contohnya adalah Revolusi Inggris dengan "Perang Saudara Inggris," Revolusi Prancis, dan tentu saja, Revolusi Amerika. Amerika terinspirasi dari Republik Belanda dan Republik Romawi. Bahkan, kepemimpinan dua periode Presiden Amerika, sering kali dikaitkan dengan kagumnya terhadap figur Romawi bernama "Lucius Quinticus Cincinnatus."Republik di Era Modern
Pada abad ke-19, sejarah berputar, monarki semakin mendominasi di Eropa dengan munculnya tokoh-tokoh seperti Napoleon Bonaparte dan Otto Von Bismarck. Namun, setelah Perang Dunia I dan II, negara-negara republik kembali mendominasi bentuk pemerintahan di dunia, terutama di beberapa bekas koloni Eropa seperti Indonesia. Sejarah Republik Romawi memberikan kita pemahaman mendalam tentang perjalanan panjang sebuah bentuk pemerintahan. Meskipun Republik Romawi tidak lagi eksis, warisan dan pengaruhnya terus terasa hingga saat ini, menjadi inspirasi bagi negara-negara yang menginginkan bentuk pemerintahan republikPenulis : Wira
Tags:
Sejarah Romawi